Penanaman Kecerdasan Emosional dan Spiritual di SD/MI (Part 3)
Menanamkan
dan membangun kecerdasan spiritual menjadi sangat penting dalam serangkaian
konsep pendidikan yang harus diberikan oleh orang tua kepada anaknya, juga
seorang guru kepada anak didiknya. Hal ini karena
kedalaman spiritual adalah dasar yang harus dimiliki oleh anak demi mencapai
akhlaqul karimah dalam mengarungi kehidupan kelak. Sehingga, bidang apa pun
yang akan ditekuni oleh anak di kemudian hari, jika secara spiritual akan sudah
dapat menginternalisasikan nilai-nilai religi dalam kehidupannya, maka dapat
dipastikan ia akan mencapai kesuksesan baik di dunia dan di akhirat.
Seiring
dengan hal itu, dalam rangka membangun kecerdasan spiritual diperlukan
penanaman nilai-nilai yang luhur yang dikenal dengan The
Living Values Education (Pendidikan meghidupkan nilai-nilai) maka aplikasi nilai-nilai tersebut harus diaplikasikan dalam rangkaian
membangun kecerdasan spiritual.
Adapun
nilai-nilai yang hidup tersebut di antaranya adalah, kasih
sayang, cinta, kedamaian, penghargaan, toleransi, kejujuran, rendah hati, kerja
sama, kebahagiaan, tanggung jawab, kesederhanaan, kebebasan, persatuan, dan seterusnya.
Nilai-nilai ini dapat diakui kebenarannya secara bersama-sama tanpa membedakan latar belakang seseorang.
Nilai-nilai tersebut juga merupakan sebuah jabaran dari
kecerdasan emosional, namun kecerdasan emosional tidaklah cukup bagi seseorang
untuk menemukan makna hidupnya. Diperlukan kecerdasan yang lebih tinggi yaitu
kecerdasan spiritual, dengan meng-up
grade kecerdasan emosional
seseorang.
Senada
dengan hal tersebut, Danah Zohar sebagaimana yang dikutip oleh Muallifah,
menyatakan bahwa kecerdasan spiritual anak ditunjukkan dengan kemampuan
menyadari diri sendiri, kemampuan untuk bisa memahami penderitaan, tidak
melakukan kerusakan/menyakiti orang lain, kemampuan untuk menghadapi kesulitan
yang dihadapi, dan yang paling ditekankan adalah kemampuan individu untuk bisa
memaknai segala tindakan dan tujuan hidupnya. Meskipun dalam penjelasannya,
Zohar tidak mengaitkan antara spiritualitas dan praktik keagamaan seseorang.
Konsep
dasar perkembangan perilaku dan pribadi dimaksudkan sebagai perubahan-perubahan
yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya (maturity) yang berlangsung secara sistematik,
progresif, dan berkesinambungan, baik mengenai fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah)nya.
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan sering
diasosiasikan dengan konsep perkembangan (development)
tersebut antara lain pertumbuhan (growth),
kematangan atau masa peka (maturation)
dan belajar (learning) atau
pendidikan (education) serta latihan
(training). Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan
alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu
yang baru (yang tadinya belum tampak) dari organisme, atau individu, baik fisik
maupun psikis (termasuk pola-pola perilaku dan sifat-sifat keperibadian) dalam
arti luas.
Seorang peserta didik mengalami berbagai macam
perkembangan. Dalam ranah psiko-fisik,
proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan
kegiatan belajar siswa adalah:
1. Perkembangan
motor (motor development), yakni
proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam
keterampilan fisik anak (motor skills).
2. Perkembangan
kognitif (kognitive development),
yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan
kemampuan/kecerdasan otak anak.
3. Perkembangan
sosial dan moral (social an moral
development), yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan
perubahan-perubahan
cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok
Moral dapat bersumber dari kehendak bersama dan dapat
pula agama baik agama ardli maupun agama samawi. Namun Living Values Education merupakan nilai yang disepakati
kebenarannya di seluruh dunia tanpa mengenal latar belakang sosial seseorang.
Pengenalan maupan pendidikan menghidupkan nilai di atas
melalui pendidikan yang intensif di mana termasuk di dalamnya pendidikan Islam
yang merupakan sumber nilai yang agung, yang merupakan arahan Sang Pencipta
manusia Allah SWT.
Pendidikan dapat dipandang dari dua dimensi,
pendidikan sebagai teori dan pendidikan sebagai praktek. Pendidikan
sebagai teori berupa pemikiran manusia mengenai masalah-masalah kependidikan dan upaya memecahkannya secara
mendasar dan sistematis. Sedangkan pendidikan sebagai praktek merupakan aktivitas
manusia mendidik peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu yang diidealkan.
Islam menganjurkan dan mendorong umatnya untuk mencari ilmu, bahkan dikatakan bahwa semua hasil ilmu pengetahuan modern telah ada dalam Al Qur’an. Untuk membekali ilmu bagi umat, yang efektif adalah melalui pendidikan Islam, baik formal maupun non formal.
Salam Blogger Persahabatan
Jumiyati, S.Pd.I, M.Pd
Komentar
Posting Komentar