Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi
Tidak terasa malam ini sudah pertemuan ke-17 belajar menulis
gelombang ke-16. Malam ini terasa panas suasana di kampungku. Sumuk (bahasa
Jawa) .Mungkin ini pengaruh dari Gunung Merapi. Akhir-akhir ini Gunung Merapi
menunjukkan tanda- tanda kembali aktif setelah sekian lama tertidur.
Erupsi yang dikeluarkan Gunung Merapi mulai merambah ke sejumlah
wilayah di sekitar Merapi yang masuk ke dalam zona berbahaya. Balai
Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan
sejak 5 Noverber 2020 Gunung Merapi menjadi status siaga.
Namun suasana tersebut tidak menjadikan surut semangatku untuk
mengikuti kuliah online belajar menulis. Malam ini kelas dibuka oleh moderator
andal siapa lagi kalau bukan bu Aam Nurhasanah. Menghadirkan narasumber dari
Gorontalo.
Beliau adalah Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd, perempuan kelahiran
Sidodadi, 14 Juni 1978. Aktif mengajar di SD Negeri No.30 Kota Gorontalo,
Provinsi Gorontalo.
Riwayat Pendidikan Beliau:
TK Negeri
Pembina Palu (lulus 1985)
SDN Inpres
Tanamodindi II Palu (lulus 1991)
SMP Negeri 8
Gorontalo (lulus 1997)
SMK Negeri 1
Gorontalo (lulus 1997)
S1 PGSD UNG
(lulus 2001)
S2 Pendidikan
Dasar UNG (lulus 2018)
Malam ini
beliau mengambil tema tantang “Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi”. Apa itu
Ekspektasi? Ekspektasi adalah bayangan
yang kita harapkan bakal menjadi kenyataan.
Kita mengikuti
grup belajar menulis ini tentu juga punya ekspektasi. Mungkin semua anggota
grup ini juga punya ekspektasi yang sama yaitu ingin mewujudkan tulisannya
menjadi sebuah buku.
Tantangan Menulis
dari Diri Sendiri
Beliau menyampaikan
bahwa, sebenarnya tantangan untuk menulis terbesar ada pada diri kita. Mood dan
kemauan merupakan tantangan bagi kita. Maka kita harus merubah ekspektasi
menjadi sebuah prestasi.
Ada dua hal yang harus kita rubah yaitu mindset dan passion. Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sedangkan passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan.
Untuk
mewujudkan ekspektasi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi
penulis pemula seperti saya. Kita harus melawan semua hambatan yang datang baik
dari diri kita maupun dari luar sekitar.
Beliau
mengungkapkan dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis kita harus membangun
tekat dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realita. Maka kita harus konsisten
dalam menulis supaya bisa sampai mewujudkan impian kita.
Kendala Bagi
Penulis Pemula
Dalam hal
menulis, harapan terbesar kita mampu merangkai kata- kata menjadi sebuah
paragraf yang menarik. Dari sebuah paragraf menarik bisa barangkai menjadi bab
demi bab, akhirnya menjadi buku.
Tetapi ketika kemampuan menulis disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain muncul masalah besar, seperti:
- Bagaimana memulai sebuah tulisan?
- Apa tema
yang akan saya tulis?
- Apakah tulisan saya menarik untuk dibaca orang lain?
- Tulisan saya apa sudah memenuhi kaidah bahasa?
Mungkin masih
banyak lagi pertanyaan yang lain yang muncul dalam benak kita.
Pengalaman Ibu
Jamila Mewujudkan Ekspektasi dalam Menulis
Pengalaman
beliau dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis adalah berjuang membangun
tekad dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas.
Untuk
mewujudkan impian beliau, jalan sesulit apapun dilalui. Terkadang beliau harus
nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapiannya
sangat mustahil.
Dengan usaha
yang konsisten beliau lakukan terhadap ekspektasi yang susah payah di bangun.
Beliau berusaha keras, pantang mundur terus melangkah untuk mewujudkan
ekspektasinya.
Saat menerima tantangan dari Prof. Ricardus Eko Indrajit untuk menulis buku dalam waktu seminggu, beliau penuh dengan keraguan. Namun berkat niat yang kuat, semangat tekad yang tinggi serta konsisten dalam mengerjakannya. Akhirnya ekspektasi beliau berubah menjadi sebuah prestasi.
Awalnya beliau tidak percaya kalau hasil tulisannya bagus menurut orang lain. Menurutnya hanya biasa saja. Beliau tidak menyangka saat pengumuman bahwa tulisannya lolos tanpa revisi. Merupakan hasil yang memuaskan, dengan penuh kebahagiaan akhirnya beliau raih.
Beliau berpesan, hal yang menjadikan fokus dalam menulis adalah
kata TUNTAS. Dalam menulis sebaiknya tulis dulu sampai tuntas. Jangan sering
melihat halaman yang sudah ditulis, itu akan menjadi godaan untuk menyelesaikan
sebuah tulisan. Jangan berfikir untuk edit langsung selama kita menulis,
selesaikan dulu baru diedit setelah selesai.
Tips Tentang Menulis Ala Ibu Jamila
Dari pengalaman beliau menghasilkan tulisan yang bisa terbit lewat penerbit mayor, beliau membagikan tips tentang menulis sebagai berikut:
- Tulis apa yang ingin kita tulis
- Menulislah
apa adanya, tanpa beban dan tekanan.
- Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan
- Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.
- Menulis jangan terlalu lama
- Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang akan menilai adalah pembaca.
Mari kita wujudkan tulisan dengan mengikuti tips yang disamapikan
oleh narasumber. Dengan mempraktekkan ilmu yang beliau tularkan mudah- mudahan
kita bisa merubah ekspektasi menjadi prestasi.
Tentu saja dibarengi dengan banyak membaca, karena membaca dan
menulis adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Semakin suka membaca,
semakin mudah menulis. Jadikan menulis sebagai kebutuhan, artinya menjadikan
membaca sebagai makanan kita.
Demikian resume yang bisa saya rangkum, semoga saya bisa selalu
konsisten dalam menulis. Motivasi dari Ibu Jamila, bisa menggugah semangatku
untuk selalu ingin menulis.
“Jadikan
menulis sebagai kebutuhan
Dan membaca
sebagai makanan”
Salam Literasi.
A
Sudah baik sekali
BalasHapusTerima kasih unjungannya bu Susi, semoga kita bisa sukses bersama
Hapus