Mimpi Seorang Gadis Desa


Menjadi seorang guru merupakan impianku sebagai seorang anak desa yang jauh dari kebisingan kota. Semenjak di bangku SD aku sudah mengkhayal betapa senangnya menjadi seorang guru. Setamat PGA (Pendidikan Guru Agama), aku ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun, kondisi keuangan keluarga sangat minim sehingga aku memutuskan untuk bekerja saja.

 

Jikalau ilmu yang kudapatkan tidak digunakan, otomatis tidak akan berkembang pengalamanku dalam mengajar. Terpikir dalam benakku mau mencoba menjadi guru agama honor saja. Penuh semangat aku mengajukan diri ke SD yang ada di dekat rumah, tetapi guru agamanya sudah ada dua orang. Tertutup sudah peluangku untuk menjadi guru honorer di SD tersebut.

 

Akhirnya untuk mengisi kekosongan waktu aku ikut mengaji ke pesantren. Melalui guru mengajiku, aku mendapat tawaran untuk menjadi guru TK yang rencananya baru akan didirikan di desaku. Aku bingung apakah aku bisa mengajar anak-anak TK, sedangkan ilmu dan praktik mengajarku saat di PGA untuk siswa SD/MI? Bagi pengembangan kemampuan dalam mengajar, akhirnya aku sanggupi penawaran guru mengajiku tersebut.

 

Pertama kali mengajar aku merasa cangung. Berbeda dengan SD/MI, di TK pembelajarannya difokuskan pada pembiasaan-pembiasaan. Awalnya aku sering memperhatikan temanku mengajar karena beliau lulusan dari SPG TK. Kemudian kucoba praktikan ilmu yang kupelajari dari temanku itu kepada para peserta didikku. Aku berusaha untuk dapat membawa siswaku menjadi anak yang punya pembiasaan santun dalam tingkah lakunya sehari-hari.

 

Dengan fasilitas seadanya, peralatan belajar yang serba minim serta tempat belajar yang belum layak, aku harus bisa menghipnotis para siswa supaya nyaman mengikuti pembelajaranku. Meja kursi yang digunakan untuk pembelajaran belum sesuai dengan standar meja kursi untuk pembelajaran di TK karena cuma kursi dari SD yang sudah tidak terpakai dibawa ke TK. Aku berinisiatif membawa tikar dari rumah, supaya anak-anak lebih leluasa dalam mengikuti kegiatan pembelajaranku.

 

Pembelajaran di TK harus dengan permainan supaya bisa menarik perhatian siswa dalam belajar. Sayangnya peralatan permainan yang kami miliki masih minim sekali. Aku coba membuat media pembelajaran sendiri dari barang-barang seadanya yang tersedia di sekitarku. Saat itu di rumahku ada tukang kayu yang sedang membuat tempat tidur. Kukumpulkan sisa-sisa potongan kayu yang tak terpakai. Aku amplas supaya halus dan aman untuk dipakai bermain anak-anak. Kebetulan bentuknya beraneka ragam. Ada yang persegi panjang, segi empat, segi tiga, dan ada yang silinder. Aku agak tenang setelahnya karena akhirnya ada permainan yang bisa membuat siswaku nyaman di sekolah.

 

Pernah juga aku paksakan diri untuk membeli alat-alat permainan edukasi untuk TK di Kota Yogyakarta. Aku berangkat menggunakan bus umum dengan jarak sekitar lima puluh kilometer dari rumahku. Puas rasanya saat mendapatkan alat permainan berbahan plastik tersebut. Kuyakini akan membuat siswaku menjadi lebih tertarik dan mudah memahami materi yang kusampaikan.

 

Sebagai variasi metode mengajar, aku coba mengubah syair lagu yang sudah dikenal oleh siswaku. Dengan bernyanyi anak-anak merasa senang yang akhirnya membuat mereka enjoy dalam mengikuti pembelajaran. Contohnya kugunakan lagu “Balonku” untuk dinyanyikan bersama-sama agar mempermudah mereka mempelajari dan mengingat Rukun Islam.

 

Rukun Islam

 

Rukun Islam yang lima

Syahadat, shalat, puasa

Zakat untuk si papa

Haji bagi yang mampu

Siapa belum shalat? Door!

Siapa belum zakat?

Kan rugi di akherat

Allah pasti melaknat

 

Belakangan aku sadari bahwa mengajar anak TK itu harus berbekal kesabaran yang tinggi. Mereka masih banyak yang menangis kalau ditinggal pulang oleh yang mengantarnya. Aku harus bisa merayu mereka supaya mau tinggal bersamaku di kelas. Waktu itu aku belum menikah, jadi aku mengasuh mereka layaknya anakku sendiri. Aku sering memberi makanan kecil kepada mereka, sehingga mereka nyaman untuk belajar dan tidak menangis sewaktu ditinggal oleh pengantarnya. Alhamdulillah anak-anak merasa senang dan betah bersamaku di kelas. Bahkan karena dekatnya denganku, ada siswa yang setiap hari ikut pulang ke rumahku dan sore hari baru dijemput oleh orang tuanya.

 

Karena merasa nyaman dalam mengajar, tidak terasa ternyata empat tahun sudah aku mengajar. Walaupun masih menjadi seorang guru honorer, aku merasa bangga. Alhamdulillah banyak orangtua yang lebih memilih mendaftarkan anaknya ke TK kami. Banyak siswaku kini yang datang dari luar dusun, padahal di dekat rumahnya ada TK dengan fasilitas belajar dan permainan yang lebih baik.

 

Menjadi guru TK sangat menyenangkan dan membuatku awet muda. Setiap hari kerjaku mengajar sambil bermain dan bernyanyi untuk mengembangkan pemikiran siswaku menjadi anak yang kreatif dan imajinatif.

 

Berkat dari kemauan yang tinggi, akhirnya aku bisa mengembangkan ilmuku mengajar di TK yang baru didirikan sampai akhirnya berkembang dan dipercaya masyarakat luas. Akupun kini menjadi guru PNS di Madrasah Ibtidaiyah.

 

Semoga TK tempat aku honor tetap eksis, peserta didiknya semakin banyak. Teman-temanku yang masih menjadi guru honorer tetaplah semangat untuk mengembangkan ilmumu. Pasti suatu saat nanti akan ada hikmahnya.

Komentar

  1. jadilah guru tangguh berhati cahaya, selalu tersenyum di depan murid-muridnya dan jadilah mata air yg semakin diambil airnya, semakin bening. Selamat menjadi guru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Om Jay, atas motivasinya, mohon dibimbing terus

      Hapus
  2. Saling support dan berbagi
    Sipp
    https://donyariwibowo2020.blogspot.com/?m=1

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Bersama Cikgu Tere

Usia Muda Penuh Karya

Menulis Buku Tembus Penerbit Mayor